Ngendonesia

Memang aku lagi mau ngedumel nih…. Aku beri nama ngendosia itu sebenarnya untuk mengacu pada teman orang Jepang yang sudah belajar bahasa dan budaya Indonesia dan menyerapnya dalam kehidupannya. Banyak loh orang Jepang yang jauh lebih tahu dan ahli tentang budaya Indonesia secara ilmiah, dan secara kebiasaan. Cukup banyak kulihat murid bahasa Indonesiaku yang sudah menyerap kebudayaan Indonesia dengan sempurna, sampai masalah jam karetnya 😀 Tak jarang aku harus menunggu kehadiran murid-murid meskipun jam kursus seharusnya sudah dimulai. Kalau memang dari kantor aku bisa mengerti, tapi yang mahasiswa dan ibu rumah tangga? Alasannya apa?Belum lagi kalau terlambat datang pada jam yang sudah dijanjikan 😀 Benar-benar sudah ngedonesia kan?

Kemarin dulu malam, aku tidur jam 10 menemani anak-anak. Tapi terbangun jam 12 dan melihat Gen belum pulang. Cukup kahwatir karena akhir-akhir ini dia kurang tidur. Jadi aku mulai membaca novel bahasa Inggris. Gen pulang pukul 2, dan tanpa makan malam langsung tidur. Yang payahnya, aku tidak bisa tidur karena novelku belum selesai 😀 Itulah kebiasaanku yang sulit dihindari, tidak bisa memutus membaca sesuatu  di tengah-tengah. Sedapat mungkin aku ingin menyelesaikannya. Jadi deh aku baca terus sampai selesai. Waktu melihat jam, sudah jam 4! Wah …padahal aku harus bangun jam 6 karena Gen harus pergi ke kantor jam 7. Aku tentu harus membangunkan dia.

OK, beres bangunkan dia, dan dia bisa berangkat dari rumah sebelum pukul 7:30 pagi. Lalu aku menyiapkan sarapan untuk Riku yang tetap bangun pukul 6 pagi setiap hari… Dan terasa sih klinyengan rada pusing karena kurang tidur. Jadi waktu aku sudah menyiapkan sarapan Riku, aku bilang, “Mama bobo lagi ya….” dan masuk ke tempat tidur. Baru akan tertidur, tiba-tiba telepon  berbunyi kencang… biasanya kalau siang hari aku biarkan answering machine menjawab dulu, baru ambil. Tapi karena pagi, aku takut kalau ada berita mendadak. Jadi cepat lari keluar dan ambil telepon. Ternyata dari teman lama orang Jepang yang pandai berbahasa Indonesia, yang bicara basa-basi dan menanyakan apakah aku bisa ikut survey dari temannya. Lalu kujawab tidak mau dan tidak bisa juga karena sudah penuh jadwal. Duh aku sebal sekali pagi itu, kenapa sih tidak menghubungi via email saja? Apalagi melihat jam dinding belum jam 8 pagi 😦 Aduuuh untuk sesuatu yang tidak mendadak sepertinya tidak ada deh orang Jepang yang menelepon orang sebelum jam 8 pagi! Atau ok deh kalau hari sekolah, mungkin ada pemberitahuan mendadak. Tapi kalau hari sekolah aku juga pasti tidak akan tidur lagi jam 8 pagi. Paling cepat tuh jam 9 loh! Ini masih libur musim semi! Bad timing… dan langsung aku ngedumel….”Dasar Ngendonesia!”. Prejudice memang karena berarti aku men-cap bahwa orang Indonesia sering tidak memikirkan waktu-waktu yang tepat untuk ngerumpi 😀

Perlu waktu untuk meredam kekesalanku supaya aku bisa tidur lagi, yang akhirnya bisa tidur dari jam 9 sampai jam setengah 11. Satu setengah jam, tapi cukuplah. Apalagi waktu aku bangun, pas aku melihat Kai baru selesai membuat teh sendiri, tanpa dibantu kakaknya dengan sempurna, dan makan pagi sendiri! Anak-anakku mulai mandiri. Dia juga sudah bisa jaga rumah sendiri selama 3 jam, tanpa merasa takut. TAPI… kok ada sedikit rasa sedih merasa bahwa sebentar lagi mereka mulai menjauh dari pelukanku ya?

Selamat menikmati akhir pekan, dan selamat tidur sampai siang 😀 (Aku sih sudah bangun dari jam 6 pagi tadi dan mendapatkan langit mendung!

Berpisah itu Sedih? Senang?

Bulan Maret merupakan bulan nano-nano 😀 Cuaca saja ada hangat, ada dingin, ada berangin kencang minta ampuuuun hehehe. Tapi mungkin yang paling mengejutkan warga Tokyo adalah mekarnya bunga Sakura yang lebih cepat 2 minggu dari perkiraan yang tanggal 5 April. Semua jadi kedandapan bergegas untuk melihat keindahan bunga sakura. Konsumennya bergegas mengatur jadwal untuk pergi ke taman-taman, sedangkan penjualnya kelabakan menyiapkan bahan dan membuat pamflet atau mengganti tanggal yang tertera di pamflet yang tersedia. Semua tidak mau ketinggalan untuk menikmati keindahan Sakura.

Gara-gara angin kencang, sepeda bisa nangkring di kabel listrik! lucu, tapi… mengerikan jika kita berada di luar rumah waktu angin kencang itu bertiup.

Itu baru cuaca dan kehidupan hariannya. Bagi pekerja Maret merupakan yamaba atau puncak stress dan kerjaan, karena harus tutup buku. Gen tidak pernah ada hari Libur selain hari Minggu. Bagi murid dan pelajar, Maret juga berarti penutupan tahun ajaran, yang berarti kelulusan atau kenaikan kelas.

Yang paling cepat memasuki liburan musim semi tentu saja aku 😀 Karena semua kuliah sudah selesai pada bulan Januari. Tapi berarti bulan Maret aku harus menyusun silabus untuk tahun ajaran baru yang bagiku akan dimulai hari Kamis tanggal 11 April. Selain disibukkan oleh silabus-silabus itu, aku juga menderita polen, alergi serbuk bunga, dan …. baru saja sembuh dari demam. Kelihatannya cuaca yang naik-turun ini membuat tubuhku tidak fit sehingga mudah demam. Karena itu pula aku tidak bisa mengup-date tulisan di TE padahal sedang semangatnya tuh.

Setelah aku, Kai yang banyak menikmati liburan musim semi selama 3 minggu. Tanggal 15 Maret kelasnya MOMO GUMI (Kelas Peach) selesai dan terakhir bertemu dengan gurunya Asami Sensei. Mereka akan naik menjadi nencho san dan mendapat guru baru di kelas LILY (YURI GUMI), sedangkan Asami Sensei berhenti bekerja sebagai guru TK. Tahun ini banyak guru-guru lama yang aku kenal keluar bekerja karena macam-macam alasan (hamil, berkeluarga atau sakit). Ada beberapa murid yang manja terhadap gurunya yang menangis dan memeluk senseinya erat-erat waktu berpisah, tapi si Kai cuek aja tuh. Dan sebetulnya Asami senseinya juga mengakui bahwa dirinya tidak bisa menangis seperti guru-guru yang lain…. biasanya guru TK akan menangis waktu perpisahan. Dia mengatakan nanti setelah pulang baru biasanya akan nangis sendiri mengenang hari-hari perpisahan. Bisa dimaklumi juga waktu mendengar dia baru setahun menikah dan sekaligus menjadi istri dan guru TK… tenaganya pasti habis!

perpisahan kelas Momo dengan gurunya. Kelas Kai berikutnya bernama YURI (lily)

Acara perpisahan di TK yang dihadiri orang tua murid itu tidak berlarut-larut. Anak-anak pergi ke aula untuk menerima badge dan topi yang baru. Kai terpilih menjadi wakil menerima topi YURI GUMI yang berwarna putih. Sedangkan ada beberapa anak juga yang naik ke panggung untuk menerima piagam karena tidak pernah bolos dalam setahun. Kai langsung berkata, “Nanti di kelas Yuri aku mau menerima piagam…” Tapi berarti tidak boleh bolos…dan itu rasanya tidak mungkin 😀 Karena tahun ajaran Kai mulai tanggal 9 April dan selama seminggu itu mereka pulang pukul 11 siang! Padahal aku harus mengajar dan tidak bisa bolos 😦 Jadi biasanya aku boloskan Kai, untuk ikut bersamaku ke universitas atau aku titip ke rumah mertua. Setelah murid-murid kembali dari aula, orang tua murid memberikan kenang-kenangan berupa album kenangan/foto buatan masing-masing orang tua murid serta karangan bunga. Satu yang kupelajari di sini, jika di Indonesia orang tua sibuk memikirkan akan membeli hadiah apa yang patut diberikan kepada guru-guru dari anak-anaknya, di Jepang biasanya orang tua TIDAK MEMBELI JADI. Hadiah buatan tangan lebih diapresiasi oleh guru-guru yang memang biasanya TIDAK BOLEH menerima hadiah berupa BARANG atau UANG dari orang tua murid. Jadi untuk membuat buku kenangan dan membeli bunga, aku hanya perlu mengeluarkan uang 100 yen saja!

Kelas Riku selesai tanggal 22 Maret lalu, dan orang tua tidak hadir di sekolah. Rapor mereka yang disebut AYUMI diberikan kepada murid-murid langsung untuk diserahkan kepada orang tua. Rapor Riku? Yah biasa-biasa saja… masih sama seperti dulu hanya ada 3 penilaian untuk setiap pelajaran yaitu : Bagus – CUKUP – kurang. Thats all! Tidak ada ranking juara kelas juga 😀

Banyak pengguna kereta yang mengantar kereta terakhir di stasiun Shibuya. Begitu stasiun tutup, proses pemindahan rel ke bawah tanah dilaksanakan dalam 3 jam!

Perpisahan di sekolah memang macam-macam. Ada yang merasa sedih ada yang merasa senang. Senang tentu saja karena bisa menyelesaikan satu tahap kehidupan dan memasuki tahap yang lebih baik. Nah warga Tokyo pada 18 Maret berpisah dengan jalur kereta yang bernama TOYOKO line, yang menghubungkan Shibuya dengan Yokohama (Minato Mirai). Dulu sebelum menikah, aku selalu memakai jalur ini untuk pergi kuliah. Sehingga rasanya sedih juga membayangkan stasiun Shibuya yang dulu itu tidak ada lagi. Stasiun Toyoko yang di shibuya itu ditutup karena jalur ini diperpanjang/disambung sehingga warga Saitama yang mau ke Yokohama bisa naik satu kereta yang sama tanpa harus ganti kereta. Nah yang kurasa hebat adalah pemindahan rel kereta yang tadinya ada di atas tanah, dipindahkan ke bawah tanah. Dan supaya tidak mengganggu pemakai kereta jalur ini, pemindahan rel itu dilakukan HANYA dalam 3 jam saja! Yaitu dilakukan waktu kereta terakhir berhenti sampai kereta pertama berangkat. Di seluruh dunia, hanya JEPANG yang berani melakukan pemindahan rel kereta dalam waktu sesingkat ini. Canggih!

Beginilah perlengkapanku jika keluar rumah: kacamata dan masker! Sekarang sudah tidak perlu lagi… horreeeeeee

Sebagai penutup, aku ingin menulis juga bahwa aku merasa senang dapat BERPISAH dengan alergi serbuk bunga! 😀 Tampaknya begitu aku sembuh dari demam hari Jumat lalu, puncak beterbangannya serbuk pohon pinus lewat sehingga aku sudah bisa jalan-jalan TANPA kacamata dan masker! Horreeee….

 

Jadi Monsieur itu Susah!

“Jadi Lelaki itu Susah” atau bahasa Jepangnya “Otoko wa tsurai yo” merupakan film komikal kehidupan Jepang terkenal di seluruh dunia yang menceritakan soal pejalan yang bernama Torajiro. Aku pun ingat pernah menonton film Torajiro ini pertama kali di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta tahun 1988-an, selain film Kurazawa Akirayang “Seven Samurai”, “Ikiru ( To Live)” dan pertama kali juga mengenal aktor Takakura Ken dengan filmnya ”Shiawaseno kiiroi hankachi – Saputangan Kuning Pembawa Bahagia”.

Kenapa judul postinganku hari ini justru berjudul “Jadi Monsieur itu Susah” bukannya “Jadi Lelaki itu Susah”?
Ya, ini adalah komersial atau iklan sebuah minuman yang bernama “Orangina” yang merupakan parodi dari Si Torajiro. Pemeran Torajironya Richard Gere sebagai orang Perancis, sehingga iklan ini diberi judul ”ムッシュはつらいよ”.  Ada beberapa sekuel yang menggambarkan keabsurbannya Monsiur, yang selalu ditertawakan anak kecil kribo, yang kurasa justru maskotnya orangina (belum ketemu tuh namanya siapa :D).

mau lihat bagaimana iklannya? Silakan klik gambar di atas 😀

Tadi pagi di TV ada lagi iklan itu. Ceritanya si Monsieur minta tolong pelayan untuk memberikan minuman ke wanita muda yang duduk di tempat lain di sebuah Cafe. Tapi pelayan itu salah kasih ke seorang wanita yang lebih tua di meja sebelahnya. Dan si wanita tua itu menyambut pemberian sehingga… tentu saja harus berkomunikasi dengan dia. Terpaksa deeeeh. Si anak kecil kribo ini menertawakan situasi ini. Lalu Riku bertanya, kenapa sih anak itu ketawain?
Hmmm rupanya dia belum mengerti jalan cerita iklan itu. Lalu aku jelaskan,

“Si Monsieur itu kan mau ‘menggoda’ (nampa ,mendekati) gadis cantik itu, dengan mengirim minuman lewat waiter. Tapi si waiter salah kasih”
“Tapi kan bagus dia kasih ke wanita yang lebih tua, kan seumuran dengan monsiur itu”
“Hahaha Riku, namanya LELAKI itu, selalu suka dan perhatian pada wanita yang LEBIH MUDA. Jadi jarang sekali ada pria yang suka dengan obasan atau obaasan :D. Nanti kalau Riku besar juga, akan lebih suka dengan wanita yang lebih muda deh… Itu sudah psikologinya laki-laki…”
“Ngga ah, kalau sudah menikah kan tidak bisa suka pada yang lebih muda…” (Jreeeng!)
“Mungkin saja, tapi namanya manusia ada kalanya melihat wanita muda yang cantik kemudian tertarik. NAH suka saja boleh, tapi jangan lebih dari itu. Selalu ingat pada istri yang sudah kamu pilih sendiri kan? Kamu kalau jadi ojiisan (kakek-kakek) juga mungkin suka pada wanita muda. Wajar tuh. NAH kebalikannya wanita itu biasanya lebih suka pada ojisan ojisan 😀 yang lebih tua. Tau kenapa? Karena yang ojisan itu punya duit biasanya. Jadi mau aja kalau ada ojisan yang suka padanya 😀 Makanya kadang-kadang Riku lihat sendiri kan di TV banyak perempuan bunuh pacarnya yang ojisan untuk dapat uangnya. Riku udah gede jadi mama kasih tau ini. Tapi itu UMUMNYA, tentu tidak semua”
Dan Riku diam saja, sambil menunggu iklan yang sama untuk dia perhatikan :D. Tapi sampai dia harus pergi sekolah, iklan itu tidak muncul.

>Riku (10th) dalam dua minggu ini memang terasa sekali dewasanya. Berawal dari Senin tanggal 4 Maret. Seperti biasa aku harus mengajar bahasa Indonesia malam hari di Sekolah RI Tokyo. Biasanya Riku dan Kai ikut, lalu aku titipkan pada Mas Syarif, penjaga SRIT. (Cerita tentang mas Syarif ini juga lucu, rupanya dia sudah mendengar suaraku 14 tahun lalu waktu aku jadi DJ siaran Radio di InterFM, jadi dia sudah kenal aku, padahal akunya baru ketemu dia tahun lalu). Tapi tanggal 4 kemarin dia bilang dia mau coba tinggal di rumah sendiri. Apalagi papanya berjanji akan pulang cepat sehingga waktu dia sendirian di rumah tidak begitu lama. Jadi sudah 2 kali dia tinggal di rumah sendirian malam hari.

Selain itu hari Minggu kemarin dia membuat kami terkejut lagi. Sekitar pukul 4 kami mau mulai makan malam (karena belum makan siang jadi sekaligus makan malam saja supaya bisa tidur cepat). Tapi sebelum itu kami harus kembalikan DVD pinjaman dari Tsutaya (Rental DVD). Lalu tiba-tiba Riku berkata, “Udah biar aku sendiri saja naik sepeda mengembalikan DVD itu…” Kami berdua bengong, soalnya cukup jauh tempatnya ….. Duh Riku tanomoshii… (Bisa diandalkan). Sekalian saja aku titip beli susu di toko konbini. Setelah dia kembali, karena kami berdua minum wine, Riku bilang, “Aku juga mau minum dong… ” Jadi aku suruh dia beli minuman soft drink untuk dia dan adiknya. Tapi karena kami juga mau makan snack, akhirnya aku berikan uang 1000 yen dan berkata, “Ini uang 1000 yen boleh kamu belikan apa saja, soft drink, snack, coklat atau kacang-kacangan. Terserah. Kamu kan sudah bisa berhitung jadi boleh beli apa saja maksimum 1000 yen. Dan dia kembali dengan 1 botol Coca cola besar, potato chips, krupuk Happy Turn’s dan salami + kembalian 192 yen. Wah dia sudah hafal kesukaan papanya, salami :D. Untuk “upah”nya dia mendapat kembaliannya 192 yen untuk uang saku :D(Dan Gen berkata, “jangan sampai lain kali kamu cuma belanjakan 300 supaya bisa dapat semua kembaliannya ya hahahahhaa”)

Ahhh anakku ini sudah besar, dewasa dan tanomoshii

Pelajaran kelas 4SD nya Riku, dengan hari ini tinggal 3 hari. Besok kami libur di Jepang untuk merayakan Spring equniox, Shunbun no hi 春分の日, higan di musim semi. Seharusnya kami pergi nyekar, tapi papa Gen musti pergi dinas ke Sendai, jadi kami di rumah saja. Semoga hari minggu papa Gen tidak usah ke kantor, sehingga kami bisa pergi ke Yokohama untuk nyekar. Dan hari Jumat adalah hari terakhir Riku sekolah. Tahun ajaran baru dia akan naik kelas 5, dan kelasnya akan diacak… semoga dia dapat teman-teman yang baik, juga guru yang baik, karena kelas 5 dan 6 tentunya lebih susah dan lebih butuh konsentrasi untuk belajar. Soal bimbel, dia akan mengikuti test dulu pada hari sabtu untuk menentukan kelas mana yang cocok untuknya. Well, mulai April harus lebih giat belajar! Demikian juga denganku 😀 belajar menjadi istri orang Jepang yang kyoiku mama 😀

Kyoiku mama (教育ママ kyōiku mama?) is a Japanese pejorative term which translates literally as “education mother”. The kyōiku mama is a stereotyped figure in modern Japanese society portrayed as a mother who relentlessly drives her child to study, to the detriment of the child’s social and physical development, and emotional well-being…. see more

Oh ya ternyata, postingan kemarin itu angka cantik loh! Posting ke 1234! Lalu kemarin juga bisa mencapai komentator dengan angka cantik 25252 yaitu Niie, yang berkomentar di Setengah Dewasa!

Lalu membuatku teringat bahwa TE akan berusia 5 tahun! Perlu dipikirkan acara khusus nih :D. Ada saran? 😉

 

Pasar Tradisional

Biasanya aku pulang kampung ke Jakarta tidak pernah kurang dari 21 hari dan itupun biasanya sudah dipenuhi rencana ini itu. Sibuk!Dan memang rasa rindu terhadap kehidupan di Jakarta rasanya tidak pernah bisa cukup dituntaskan dalam satu bulan saja. Tapi tidaklah demikian dengan kepulanganku ke Jakarta pada waktu Natal dan tahun baru kemarin. Waktu liburan yang hanya 2 minggu sengaja kubuat tidak penuh dengan rencana-rencana. Karena itu waktu adikku berkata, “Mel, kamu pergi tuh ke pasar Mayestik. Udah baru loh, bagus tidak seperti dulu. Ya jalannya sih masih kotor, tapi pasarnya sendiri sudah bagus!”, aku langsung tertarik.

Akhirnya aku pergi mengajak asisten rumah tangga si Anna untuk pergi bersama. Tujuannya tentu saja supaya dia yang menjadi guide aku sambil berbelanja. Karena terus terang aku sudah berpuluh tahun tidak ke pasar tradisional! (Mungkin 20 tahun lebih karena aku sudah 20 tahun di Jepang…..)

Gedung pasar dilihat dari luar, dan tokonya Ahin (Padahal ada namanya tuh, Gunung Mas :D)

Tapi…. aku senang waktu memasuki bangunan yang memang baru dan lumayan bagus itu. Masih bersih dan karena masih pagi (jam 8:30) belum banyak orang yang belanja. Senang melihat sebuah toko “Ahin”, tempat duluuuu sekali mama selalu berbelanja. Sayang aku juga tidak banyak waktu jadi tidak masuk ke dalam toko itu. Aku sebetulnya ingin sekali melihat apakah si bos Ahin itu masih bersinglet seperti dulu 😀 Tapi Toko Ahin itu menjual barang-barang yang pasti berat untuk dibawa-bawa, macam beras, makanan kaleng, emping, dsb dsb, jadi kupikir kalau mau mampir lebih baik pulangnya saja. (Dan akhirnya tidak jadi mampir sih…)

Setelah menuruni tangga dan slope berputar-putar akhirnya kami sampai di lantai bawah tempat pasar sebenarnya 😀 Alias pasar becek menurut Krismariana yang semestinya bau! Tapi itu dulu sih, seperti kenangannya Krismariana di pasar tradisional. Ntah apakah karena masih pagi, masih bersih dan terang. Memang aku merasa karena lantai dan dindingnya putih keramik jadi terasa terang, selain tentu lampu neon yang benderang ya. Juga pakai AC loh. Tapi yang pasti aku berhati-hati sekali melangkah karena aku pakai sandal jepit yang licin jika lantainya basah.

Los Ikan…. Mbak Annanya cantik sih jadi digodain… Ayo tahu nama ikan-ikan ini ngga? 😀 (Aku udah lupa, mustinya dicatat tuh waktu itu)

Pertama kami pergi ke los ikan. Sebagai keluarga Makassar, kami memang harus selalu punya persediaan ikan laut di dalam lemari es. Si Anna mau membeli udang untuk anak-anak, jadi aku temani. Mungkin karena Anna masih muda dan cantik, pedagang ikan yang bapak-bapak itu menggoda dia terus. Sehingga aku merasa perlu bercakap-cakap dengan si bapak-bapak itu. Lagipula aku ingin memotret! Sebetulnya aku ragu apakah bisa memotret atau tidak. Nyaliku kadang memang tidak besar untuk urusan ini sehingga sulit untuk menjadi fotografer. Pikirku fotografer itu harus berani untuk memperlihatkan kameranya, sedangkan aku tidak. Seringnya memotret sembunyi-sembunyi, karena (di Jepang) aku takut tidak boleh atau orang lain merasa aneh melihat aku memotret. Dan satu lagi, aku berpikir, mereka akan memberi harga yang mahal jika melihat aku membawa kamera. Dulu aku ingat sekali, mama selalu wanti-wanti untuk tidak memakai kalung atau gelang, atau baju bagus ke pasar. Selain takut dijambret, juga pedagang akan memberikan harga mahal 😀

Jadi aku takut-takut mengeluarkan kameraku, dan bertanya pada si bapak, aku boleh memotret atau tidak, karena terbiasa di Jepang. Dasar orang Indonesia, senang saja dipotret.  Bahkan mereka berpose! Oiiii aku justru tidak mau kalian berpose, maunya yang wajar-wajar saja. Dan aku menggunakan kesempatan untuk tanya nama-nama ikan yang aku tidak tahu deh 😀

Ibu-ibu tangguh penjual ayam… dan gantungan baju deh buntut, lidah dan jeroan… pemandangan yang pasti tidak terlihat di pasar Jepang!

Karena sudah kepalang mengeluarkan kamera, akhirnya aku pegang terus kameranya sambil belanja. Berasa jadi wartawan deh! hehehe. Dan ternyata semua yang berpapasan juga tidak sampai memandangku sebagai artis  orgil 😀 Kami kemudian pergi ke los ayam. Yang aku heran di situ kenapa harganya bisa sama semua ya? Sekilonya kalau aku tidak salah ingat 22 ribu. Dan semua bertampang memelas berkata, “Beli (ayam) punya saya dong bu…” Duh itu yang aku ngga bisa tuh, rasanya ingin beli satu-satu dari semua pedagang, yang lucunya semua ibu-ibu. (Bagian ikan semua laki-laki, bagian ayam semua perempuan :D) . Akhirnya aku bilang pada Anna, beli satu di ibu itu, dan satu di ibu ono 😀 Yang aku perhatikan juga, si Anna ngga pernah nawar! Waaaah kalau ibuku masih hidup, bisa diomelin tuh 😀 Bagi ibuku, kalau ke pasar wajib nawar … makanya aku ngga cocok deh belanja sama mama. Ngga tega!

Dari ayam, kami pindah cari buntut. Ihhhh seram juga melihat buntut sapi digantung begitu ya? Yang pasti tidak ada pemandangan seperti ini di Jepang, jadi kudu dipotret :D. Cari buntut di Jepang memang agak susah, karena tidak setiap tukang daging menjualnya. Kalaupun ada, buntut sapi Jepang itu muahal rek. Satu biji yang agak besar seharga 1000 yen. Beratnya kira-kira 200 gram deh. Karena itu mending beli buntut halal yang sudah dibekukan. Satu kgnya 1200 yen. Beda sekali kan harganya? Tapi buntut ternyata juga mahal ya di Indonesia…. kalau tidak salah sekitar 80-90 ribu tuh. Demikian juga dengan daging. Padahal dengan harga yang sama, kami bisa juga membeli 1 kg daging di Tokyo. Itu kan berarti daging memang mahal di Indonesia karena harganya bisa sama begitu. (Dan sekarang kasus bawang putih mahal hehehe)

sayurnya bagus-bagus, menurutku lebih bagus dari di supermarket loh. Masih segar lagi. Dan… terus terang sudah lupa nama beberapa sayur yang kufoto 😀

Dari situ kami pergi ke los sayur… Duh senang melihat los sayur itu karena sayurnya bagus-bagus! Aku juga baru lihat daun genjer di situ.Tapi karena takut terbuang, aku tidak beli daun-daun yang belum pernah kami coba itu. Maklum aku kan tukang jalan, nanti mubazir.Di los sayur aku juga belanja di dua kios, dan salah satu kiosnya dijaga oleh sepasang suami-istri. Senang deh lihat mereka berdua, akrab dan sigap melayani pembeli, yang cuma aku saja. Cuma aku tidak jadi membeli kacang tanah padanya, karena kecil-kecil dan dijualnya ketengan dalam plastik-plastik kecil. Aku lebih suka beli kiloan untuk kacang tanah.

Akhirnya aku putuskan untuk pulang, setelah berada di situ 40 menit…. karena uang sudah habis 😀 dan yang pasti tentengan semakin banyak dan berat. Memang sih banyak pemuda porter yang menawarkan membawakan barangnya, cuma aku tidak terbiasa memakai porter dan tidak tahu berapa ongkosnya juga. Akhirnya kamipun pulang dan tidak mampir lagi ke Ahin deh ….

Aku senang sekali sudah bisa berkunjung kembali ke pasar Mayestik yang dulu sering kukunjungi ini. Seperti berwisata saja!  Memang tidak sama, dan untung tidak sama (kalau tidak pasti baunya itu loh)… Aku tahu bahwa manusia harus memperbarui diri terus jika mau maju, dan pasar tradisional di Mayestik ini sudah memperbarui dirinya. Semoga saja bisa tetap terjaga kebersihannya.

So, kapan terakhir kamu ke Pasar Tradisional? 😀 Nanti kalau aku mudik lagi, aku mau ajak Gen dan Riku ke pasar! 😀

Pilih Memilih

Manusia memang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan selama hidupnya, mau tidak mau. Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai memilih, tapi sejak kecil Riku dan Kai aku sudah biasakan untuk “memilih yang bertanggung jawab”. Misalnya jika Riku memilih ayam daripada daging, dia harus habiskan apa yang dia sudah pilih. Awalnya memang susah, dan namanya orang tua kadang merasa kasihan jika melihat dia tidak suka dengan pilihannya dan makan dengan terpaksa. Eh tapi aku juga tidak suka orang yang pemilih loh, yang picky eater. Harus bisa makan semua, tapi ada kalanya boleh memilih apa yang mau dimakan.

Dengan mempunyai pengalaman memilih yang bertanggung jawab, kita akan berhati-hati dalam memilih, bukan? Dan tentu kita harus menerima konsekwensi yang timbul akibat “benar-salahnya” memilih. Misalnya kita tidak bisa menyalahkan presiden terpilih, jika dulu kita memilih dia kan? 😀 Tapi aku berharap benar deh dengan Paus terpilih tadi pagi, supaya bisa memimpin umat katolik seluruh dunia. Ntah kenapa begitu aku baca berita terpilihnya Paus Francis I ini, aku langsung terharu dan menangis.

Anyway, beberapa hari lalu Riku membawa sebuah kertas berisi daftar ekstra kurikuler di sekolahnya. Memang sejak kelas 4 mereka wajib memilih satu ekstra kurikuler yang jamnya diadakan sama, yaitu hari Senin jam ke 6. Riku memilih kelas Science (wah kok mirip mamanya waktu di SMA ya?)  dan selama satu tahun mereka mengadakan 14 kali percobaan. Pembuatan roket dari pet botol, membuat telur ikan buatan, membuat bola plastik superball, membuat kairo dll. Mudah-mudahan pelajaran IPA nya di kelas juga bagus deh… (Terima rapor nya tanggal 23 Maret nih… dokidoki a.k.a degdegan :D).

Mulai April nanti, Riku naik kelas 5, dan ditanya gurunya mau ikut ekskul apa. Sebetulnya dia ingin sekali ikut badminton, tapi karena latihannya setiap hari Minggu pukul 9 sampai 1 siang, padahal pas jam yang sama dia harus ke gereja dan sekolah minggu, dia tidak bisa (aku tidak membolehkan) mengambil ekskul badminton itu. Kataku, kalau mau main badminton, nanti bisa ikut kelompoknya pastor Ardy di Kichijoji, yang memang latihannya malam hari. Kalau perlu mama antar (mustinya ikut main juga ya hehehe).

pilihan ekskul di SD nya Riku

Pilihannya ada:

– olahraga dengan bola (macam-macam) dengan kapasitas 36 anak
– Atletik  28 anak
– Basket 25 anak
– pingpong 24 anak
– Science 30 anak
– Musik 25 anak
– Handicraft 30 anak
– Memasak 36 anak
Shogi (Catur Jepang) 20 anak
– Komputer 20 anak
Manga Ilustrasi 20 anak
– Dansa 30 anak
– Drama 25 anak

Dan di kertas itu diberi catatan bahwa peminat yang banyak adalah olahraga dengan bola serta atletik (jadi kemungkinan bisa masuk sedikit) dan yang masih sedikit peminatnya adalah handycraft/memasak. Oh ya perlu diketahui bahwa sekarang di Jepang sedang populer kegiatan “dansa” ini, karena ternyata mulai SMP wajib dansa…. Dansa itu tentu bukan dansa seperti di ballroom atau social dance tapi yang seperti  band-band Korea deh 😀 Haduh anakku gimana nih 😀

Lalu aku tanya Riku mau pilih yang mana? Dia punya dua pilihan yaitu Shogi (Catur Jepang) dan Manga/ilustrasi. Dia memang suka menggambar dan baru saja mulai belajar shogi pada papanya. Aku sendiri heran kenapa dia tidak pilih komputer misalnya atau prakarya/handycraft. Dia ternyata tidak minat pada komputer dan kalau prakarya memang dalam kurikulum kelaspun prakaryanya cukup sulit (takut kebanyakan). Sedangkan papanya tanya, kenapa dia tidak melanjutkan Science saja. Maklum orang Jepang biasanya TIDAK suka bertualang, pindah-pindah kegiatan. Kalau sudah satu ya itu teruuuus sampai tua. Karena itu pula orang Jepang bisa menjadi AHLI suatu bidang (seperti yang pernah kutulis di Kontradiksi atau Mujun). Setelah kutanyakan pada Riku, ternyata kegiatan di ekskul Science itu akan SAMA PERSIS dengan kegiatan selama satu tahun ini, jadi buat apa. Benar juga sih, buat apa mengulang yang sama. (Mungkin itu taktik sekolahnya supaya murid bisa mencoba macam-macam ya?)

Riku main shogi dengan papanya

Selain harus memilih ekstra kurikuler, mulai kelas 5 juga akan ada kegiatan semacam OSIS yang bernama gakuseikai 学生会. Waktu kutanya apakah Riku mau ikut OSIS? Dia menjawab, ” loh itu bukannya memilih, tapi dipilih. Dan kalau aku dipilih aku mau jadi pengurus Majalah Sekolah saja” hohoho…. Kalau teringat aku jaman SD memang belum mulai ikut OSIS-OSIS an, tapi sejak SMP aku menjadi sekretaris OSIS, dan SMA menjadi seksi rohani. Dan aku teringat waktu aku melaporkan pada mama bahwa aku terpilih jadi pengurus OSIS, mama selalu menentang, tidak boleh. Tapi akhirnya mama selalu mengalah, karena papa memperbolehkan. Bisa ngerti sih pendapat mama, karena mama tidak mau pelajaranku terganggu. Mungkin mama dulu sempat putus asa ya, karena semua anaknya pasti duduk di kepengurusan OSIS/ Organisasi Mahasiswa 😀

Selain Riku, sebetulnya aku sendiri sekarang sedang dihadapkan pada pilihan yang pelik. Aku harus mencari bimbingan belajar yang cocok untuk Riku, karena mengikuti kebiasaan orang Jepang, mulai kelas 5 masuk bimbingan belajar atau juku 塾. Aku sih maunya tidak usah belajar di juku sih, karena berarti aku harus menyediakan pengeluaran yang cukup banyak dan berarti harus cut macam-macam kemewahan 😦 Tapi ya mau bagaimana lagi. Semoga bisa mendapat juku yang bagus (dan murah) deh 😀

Kalau Kai, belum perlu memilih sih. Dia akan menjadi nencho-san (kelas 3 TK, kelas terakhir) Kalaupun harus memilih, pasti dia pilih mama 😀 Dia mau kemana saja ASAL ada mama 😉 Dan aku enjoy sekali loh, karena aku bayangkan tahun depan dia sudah masuk SD dan semakin banyak keluar rumah untuk bermain dengan temannya deh. Waktu aku untuk berada bersama dengan dia juga akan berkurang terus…. sabishiiiii (kesepian!) deh.

Jahil, Jail atau Iseng?

Iseng aku mencari penulisan yang benar dari kata jahil di KBBI daring, dan terkejut mendapati bahwa artinya seperti ini:

ja·hil a 1 bodoh; tidak tahu (terutama tt ajaran agama): para ulama berkewajiban menuntun golongan — dan bebal; 2 cak jail;
 murakab amat bodoh;
men·ja·hili v membodohi;
ke·ja·hil·an n 1 kebodohan; 2 kejailan

LOHHHH… padahal bukan itu maksudku. Maksudku orang yang suka iseng gitu loh. Jadi aku cari kata JAIL, dan ternyata memang benar kata itu yang kumaksud.

ja·il a cak 1 dengki; 2 suka mengganggu (menggoda dsb) orang lain; nakal: tangan-tangan –;
men·ja·ili v mengganggu atau menjahati (krn dengki, iri, dsb): dia dimarahi ayah krn sering ~ anak-anak tetangga;
ke·ja·il·an n perbuatan atau hal jail; kenakalan: kerusuhan itu terjadi krn ~ anak-anak muda di situ

Naaah maksudku itu yang jail, nakal suka menggoda bin iseng 😀 dan terus terang aku termasuk orang yang suka iseng 😀 Sepertinya sih keturunan dari mama. Masih ingat aku wajah kecut teman Jepangku waktu aku isengin dengan memberikan bungkus coklat kosong 😀 Eh tapi akhir-akhir ini sudah insaf kok…

Kemarin dan hari ini aku kembali iseng dengan membeli ini:

romanesco, katanya aslinya dari italia. Lumayan enak kok untuk salada (direbus)

Sayur sejenis broccoli yang pernah aku tulis di sini, tapi waktu makan di restoran itu kan sudah dipotong-potong. Sedangkan waktu aku lihat di tukang sayur dekat stasiun masih dalam bonggolnya, dan memang benar- seperti perpaduan brokoli dan kembang kol. Harganya cukup mahal yaitu 250 yen. Tapi karena iseng itulah aku membelinya.

mainan gacha gacha berbentuk unchi 😀 (kotoran manusia). Benar real karena empuk seperti karet 😀

Nah keisengan yang ke dua seharga 100 yen. Waktu aku belanja tadi pagi, aku menemukan mesin kotak mainan gacha-gacha dan tertulis REAL! Mainan itu terlihat real seperti kotoran manusia dengan 3 warna. Iseng aku beli satu dan sayang dapatnya warna kuning…coba warna coklat ya 😀 Waktu aku kasih lihat Kai dia tertawa, dan kami berdua sepakat untuk isengin Riku 😀 Eh tapi Riku tidak terkejut tuh… gagal deh isengnya 😀

Bagaimana kamu juga suka iseng begitu ngga? 😀 Well, hidup kalau terlalu serius juga tidak baik kan ya? 😉

Kebun Rekreasi Keluarga

Bermain di musim dingin, tentu tidak hanya bermain salju seperti membuat Manusia Salju Snowman atau meluncur dengan sepatu/papan khusus seperti skate, ski dan snow board. Bagi sebagian orang sepertinya memang hanya inilah kegiatan yang bisa dilakukan di luar rumah , dan jika takut kedinginan pasti akan lebih memilih kegiatan di dalam ruangan/rumah. Jarang sih ada orang Indonesia yang mau melakukan kegiatan di luar rumah seakan mencari “dingin”, kalau bisa enakan kemulan….

Tanggal 11 Februari lalu (duuuh sudah lewat hampir sebulan!) adalah hari libur di Jepang, yaitu hari pendirian negara Jepang (bukan kemerdekaan loh). Jadi kami mengajak pastor Ardy untuk ikut bersama kami bermain bersama, dengan tujuan utamanya pergi ke air terjun beku/Tsurara  di Otaki, Chichibu di prefektur Saitama. Kami ingin memperlihatkan keindahan alam di sini kepada pastor, karena kami sendiri sudah pernah pergi. Dan untuk ke Chichibu ini paling praktis naik mobil, jadi musti cari waktu yang Gen libur sehingga bisa menyetir. Jadilah Senin pagi itu kami berangkat dari Kichijouji pukul 9 lewat dan menuju ke arah Chichibu.

Misotsuchi Tsurara yang alami, Chichibu, Saitama Prefektur

Kami sampai di daerah Chichibu pukul 11 dan memutar mau kemana dulu sebelum ke Air Terjun Beku/ Tsurara. Karena terus terang untuk melihat air terjun beku itu paling lama hanya 1 jam saja. Lagipula kami juga harus mencari makan siang. Terlintas di pikiran kami untuk memetik strawberry, karena pastor juga belum pernah. Dan di pintu tol kami diberikan pamflet dengan peta tempat rekreasi, pemetikan strawberry dan tempat istirahat seperti pemandian air panas. Tapi kebanyakan ladang strawberry yang ada memang hanya menyediakan strawberry yang bisa dipetik semaunya dengan hitungan 30 menit/ 1 jam. Tadinya kami pikir makan siangnya strawberry aja gitu hihihi (ketahuan pelit ya?)

Tapi waktu aku membaca ada Kebun Rekreasi Keluarga Komatsuzawa (Komatsuzawa Leisure Nouen), aku merasa tempat itu yang paling tepat. Karena di sana tidak hanya bisa memetik strawberry saja, tapi juga memetik jamur shiitake, memancing ikan Masu, membuat soba dan barbeque. Jadi langsunglah kami pergi ke sana.

Tapi begitu sampai di parkiran, kami disambut dengan petugas yang mengatakan, “Maaf, sudah tidak bisa memetik strawberry lagi karena sudah terlalu banyak orang.” Jadi meskipun buah strawberrynya masih ada, mereka membatasi pengunjung yang masuk untuk memetik, supaya tidak menurunkan mutu buah. Karena jika semua yang datang diberi kesempatan, maka yang datang terakhir pasti akan kebagian strawberry yang belum matang benar, dan tidak manis. Mereka tetap menjaga mutunya. Ini yang aku rasa hebat. ORANG JEPANG TAHU KAPAN HARUS BERHENTI DEMI MENJAGA KWALITAS. (Dulu malah sampai bunuh diri hehehe) Orang dari negara lain mungkin tidak peduli dengan “perasaan” pengunjung yang datang siang dan berkata, “Salah sendiri datang siang”. Tapi sebagai produsen, mereka tidak mau menurunkan “standar” mereka HANYA untuk keuntungan sesaat yang didapat dari pengunjung “kesiangan” (sebetulnya kebun memang dibuka sepanjang hari, tapi karena hari Minggu, pengunjung membludak).

memancing ikan Masu

Tapi kami katakan pada petugasnya bahwa kami mau memancing dan mungkin memetik jamur saja. Lalu kami diarahkan ke tempat parkir. Kami memasuki kebun yang luas sambil merasa kecewa tidak bisa memetik strawberry. Tapi waktu kami akan membeli karcis untuk memancing ikan Masu (namanya memang Masu, bukan mas yang dibaca secara Jepang :D) , kami membaca juga bahwa bisa mengikuti kelas membuat soba (mie Jepang) lalu memakan hasilnya. Paketnya bisa untuk 4 atau 5 orang. Daripada barbeque biasa, kami lalu sepakat untuk membuat soba saja.

menikmati ikan bakar

Jadilah kami memancing ikan Masu. Kami berlima memancing 5 ikan untuk dimakan, tapi karena aku dan Gen tahu Riku senang memancing, jadi memberikan kesempatan pada Riku untuk memancing bagian kami juga. Cukup lama baru bisa terpancing ikannya, belum lagi udara dingin saat itu, sekitar 1 derajat. Ikan yang dipancing, langsung dibersihkan di samping kolam oleh petugas, dan ditusuk dengan kayu. Kami lalu membawa ikan itu ke meja pembakaran. Sembari menunggu ikan kami jadi, aku sempat lari membeli strawberry yang dijual. Pikirku, sebagai “pelampiasan” tidak bisa memetik. Dan kami nikmati ikan bakar hasil pancingan sendiri di meja yang disediakan. Seekor ikan kecil itu tidak bisa memenuhi perut lapar dalam dingin, tapi membuat ikan itu terasa sangat mewah dan enak. Apalagi kami menikmati strawberry untuk dessert 😀

membuat soba

Kemudian kami menuju kelas pembuatan soba. Kami berlima mendapat sebuah meja panjang yang dilengkapi dengan sebuah baskom besar. Gurunya menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan dan memberikan contoh. Mulai dari mengaduk adonan, membuat adonan menjadi kalis, kemudian menggiling adonan menjadi tipis dan memotongnya. Setelah soba hasil buatan kami selesai, guru tersebut merebusnya untuk kami, dan kami nikmati bersama di tempat yang telah disediakan. Soba yang sederhana itu cukup bisa memenuhi perut kami.

menikmati soba buatan sendiri. Duuuh tebalnya 😀 seperti kwetiauw jadinya hehehe

Pukul 2:15 kami meninggalkan Kebun Rekreasi Keluarga ini untuk menuju Tsurara. Butuh waktu 1 jam untuk mencapai tempat ini dengan mobil. Dan… brrr, udara yang dingin terasa bertambah dingin melihat tetesan air yang membatu menjadi es itu. Tapi hati kami menjadi hangat juga melihat keindahan alam. Air Terjun beku ini hanya sampai akhir bulan Februari, karena jika udara menghangat es itu akan mencair. Tempat yang hanya menjadi tujuan wisata di waktu tertentu saja, selebihnya … tidak bagus! Ini juga yang harus dipertimbangkan jika mau berwisata ke Jepang. Mau melihat apa? Waktunya kapan? Kalau mau melihat sakura ya jangan datang bulan Oktober. Harus datang awal April. Kalau mau melihat Tsurara ya harus di bulan Januari-Februari. Dan biasanya setiap tempat mempunyai website yang bisa diakses untuk mengetahui apakah sudah bisa dilihat atau tidak, lalu berapa persen kondisinya. Waktu kami datang ke Tsurara ini kondisinya 80 persen, sehingga bukanlah waktu peak 100%, yang mestinya lebih bagus lagi. Tapi cukuplah.

Misotsuchi Tsurara di Chichibu, Saitama

Air Terjun Beku Tsurara ini ada 2 tempat yang besar, dan tempat pertama memang terlihat kalah besarnya dibanding air terjun sesudahnya. Tapi tempat pertama yang lebih kecil itu yang terjadi alamiah tanpa bantuan manusia, sedangkan yang kedua lebih besar, sudah ada campur tangan manusia (mungkin dengan cara membantu meneteskan air dari atas :D)

Oh ya waktu kami di situ, kami juga melihat seekor binatang berada di atas air terjun tersebut. Ternyata seekor KAMOSHIKA yang bahasa Inggrisnya Serow yang termausk dalam genus Capricornis. Benar deh seperti kambing gunung karena kami heran bagaimana dia bisa sampai di sana, dan kok tidak takut jatuh. (Sayang aku ternyata bukan capricorn sejati, karena aku takut ketinggian hihihi).

kamoshika atau serow. The serows are six species of medium-sized goat-like or antelope-like mammals of the genus Capricornis. All six species of serow were until recently also classified under Naemorhedus, which now only contains the gorals. (Wikipedia)

Sebetulnya tempat ini mulai pukul 5 sore akan diterangi lampu sehingga lebih bagus lagi, tapi selain karena suhu udara mulai turun, kami juga takut jika semakin malam, jalanan akan beku dan kami tidak bisa pulang karena ban mobil kami tidak berantai. Jadi perhatian juga bagi yang akan ke sini, jika dengan mobil sendiri harus siap jika jalanan membeku. Yaitu dengan memasang rantai, atau meninggalkan mobil di tempat yang aman kemudian naik kendaraan umum/jalan kaki. Posisi tempat ini memang berada di bayangan gunung sehingga sinar matahari tidak mampu menembus dinginnya daerah ini. Tapi tentu saja dengan begitu bisa terjadi fenomena alam seperti Air Terjun Beku Tsurara ini.

saiboku ham restaurant dengan lukisan dindingnya

Jam 4 sore kami meninggalkan tempat ini, untuk makan daging! dan menghangatkan badan tentunya. Kami pergi ke Saiboku Farm, dekat tempat kerjanya Gen di Saitama, dan menikmati makan malam yang cukup “berat”. Tadinya kupikir kami akan sulit mendapatkan tempat karena aku tahu biasanya tempat ini penuh. Karena di sebelah peternakan ini ada tempat onsen, pemandian air panas yang cukup terkenal. Tapi aku baru tahu dari Gen bahwa onsen itu ditutup, karena ditemukan bakteri yang bisa menimbulkan penyakit. Dinas Kesehatan di Jepang memang ketat sekali sih. Begitu ada laporan penemuan sesuatu yang mencurigakan, pasti akan diperiksa dan ditutup jika memang terbukti. Aku harap pengelola bisa membuka lagi pemandian itu karena sepi sekali rasanya daerah itu meskipun aku jarang ke sana.

 

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Informasi detil:

Komatsuzawa Leisure Nouen 小松沢レジャー農園

〒368-0072 埼玉県秩父郡横瀬町大字横瀬1408 Tel 0494-24-0412・Fax 0494-24-4534

Misotsuchi no tsurara 三十槌の氷柱(みそつちのつらら)

秩父市大滝4066-2
TEL:0494-55-0707 (一般社団法人秩父観光協会大滝支部) atau websitenya di sini.

Saiboku Restaurant (Restoran dan Peternakan babi)

〒350-1221 埼玉県日高市下大谷沢546 TEL 042-985-4272

 

 

 

 

AIR GIRL

Geli juga sih membaca istilah Air Girl seakan membayang Air Bed *loh* maksudnya boneka perempuan berisi udara:D, padahal maksudnya adalah pramugari. “Air Girl” ini merupakan julukan waktu perusahaan Maskapai Tokyo (Tokyo Kuukou Unsou 東京航空輸送)merekrut pramugari pada tahun 1931. Tanggal 5 Maret diumumkan kelulusan dari 3 peserta dari 140 pelamar, dan mereka menjadi stewardes pertama di Jepang.

Maskapai Tokyo ini pada tahun 1939 bergabung dengan Dai Nippon Koukouu 大日本航空 atau Imperial Japanese Airways, yang sayangnya tidak lama bertahan karena tahun 1941 penerbangan komersial dihentikan akibat Perang pasific. Baru tahun 1951 Jepang mempunyai penerbangan komersial dengan nama Japan Air Lines 日本航空.

Yang menarik sebutan Air Girl ini selain disebut sebagai Cabin Crew atau Flight Attendant, di Jepang lebih dikenal sebutan Cabin Attendant. Yang ternyata istilah Cabin Attendant ini sebetulnya Japlish atau 和製英語, Istilah bahasa Inggris yang hanya dikenal di Jepang.

1950年代の日本航空の客室乗務員 Air girlnya JAL di awal-awal pembentukan. Foto dari wikipedia Jepang

Dengan latar belakang sejarah ini, hari ini tanggal 5 Maret menjadi Hari Stewardes di Jepang 🙂

Jangan, Nanti Jatuh!

Pasti setiap orang tua pernah mengucapkan kata-kata itu. Nanti jatuh! Jangan naik-naik, jangan manjat-manjat!

Tapi aku belajar untuk tidak selalu mengucapkan kata itu… meskipun aku harus deg-degan, karena aku takut ketinggian. Terutama kepada Kai. Aku tahu aku jarang sekali mendukung Riku untuk naik/manjat waktu dia di TK dulu. Riku sendiri juga tidak mau berusaha, dia juga penakut seperti mamanya. Awalnya Kai juga begitu. Bahkan kalau dia naik tangga dia tidak mau di bagian pinggir yang harus melihat ke bawah. Dia selalu bersembunyi di samping/belakangku. Dan…aku tahu bahwa aku harus mendorong dia supaya jangan terlalu takut. Dia anak lelaki! Dan untuk itu aku HARUS berani juga 🙂 Sulit ya menjadi orang tua 🙂 (Tentu saja bagaimana kita mau anak-anak kita suka makan sayur kalau kita tidak suka sayur? Mereka MELIHAT orang tuanya)

Karenanya sekarang aku hampir selalu mengabulkan permintaan Kai sepulang sekolah untuk bermain di halaman sekolahnya.   Dan peraturan di TKnya, anak-anak boleh bermain selama 30 menit (berarti sampai 2:30) ASAL diawasi orang tuanya. Tak jarang ibu-ibu berkumpul dan ngerumpi sendiri dan membiarkan anak-anaknya bermain. Sedangkan aku seperti biasanya lebih taat pada peraturan sehingga aku selalu “menguntit” Kai pergi ke mana. Sambil dia meluncur, atau berlari, atau bermain jungle jim, aku sering berpikir, untung Kai mau mencoba.

Kemarin dengan bangganya dia memperlihatkan padaku bahwa dia bisa berputar di tiang senam dan bergelantungan di tiang lainnya. Aku sendiri tidak bisa, tapi aku pikir perlu untuk bisa! Aku juga senang kalau dia mencoba untuk naik pohon! Karena aku sendiri belum pernah naik pohon, padahal adik perempuanku si tante Titin waktu TK setiap hari “bergelantungan” di pohon. Setiap kami, kakak-kakaknya mencari untuk pulang dan bertanya pada gurunya, pasti gurunya katakan, “Cari saja di atas pohon!”.

Tapi kemarin aku memang menegur anak-anak yang bermain di pohon. Bukan, “Jangan, nanti jatuh” tapi “Jangan, nanti rantingnya patah!”. Sayang pohonnya heheheh. Karena aku tahu itu pohon sakura dan rantingnya begitu kecil untuk digelantungi 3 anak. Yang heran, ibu-ibunya yang ada di sekitar itu kok tidak menegur ya?

kai puter-puter 😀

Masih bicara soal naik pohon, kemarin aku menangis! (Emang sedang sensi juga sih….. ) Ya aku membaca dari twitternya mbak Tias Tatanka, istri Gol A Gong, pemilik Rumah Dunia, bahwa ada anak yang jatuh dari pohon Kersen yang ada di lingkungan RD setinggi 3 meter-an. Firna anak itu jatuh telungkup ke tanah. Mengeluarkan darah kental dan kejang beberapa saat. Teman2 menjerit seketika…. langsung dikirim ke RS dan discan kepalanya. Tentu saja yang menjadi masalah adalah biaya 😦 Untunglah relawan dan pendukung RD langsung bergerak dan mengumpulkan sumbangan untuk perawatan HCU yang konon biayanya 2 juta semalam. Ibunya sudah meninggal sehingga dirawat oleh nenek dan pamannya. 😦

Kecelakaan dapat terjadi di mana saja. Konon memang banyak anak yang suka memanjat pohon itu yang kemudian langsung ditebang. Meskipun sudah diperingatkan, namanya anak-anak, tidak mendengar. Mesti ada ibunya di sebelahnya untuk mengawasi, tapi ibunya Firna tidak ada karena sudah meninggal juga. Perlu ada pendidikan/pembinaan bagi anak-anak ini, tentang bahaya bermain. Juga pembinaan terhadap ibu-ibunya, karena konon mbak Tias juga sering memperingatkan ibu-ibu mereka dan di jawab, “Biar saja bu, namanya anak-anak….” Tapi kalau terjadi bencana?

Aku juga tahu mas Gong pasti de javu lagi dengan kecelakaan yang menimpa dirinya sehingga tangan kirinya harus diamputasi. Penanganan kecelakaaan anak-anak harus dilaksanakan dengan memikirkan masa depan anak-anak itu. Dan itu adalah tanggung jawab orang tua. Ah, seharian aku memikirkan anak-anak secara keseluruhan dan masa depannya. Bagaimana jika Riku atau Kai mendapat kecelakaan seperti itu. Memang aku beruntung tinggal di Jepang, sehingga semua biaya RS gratis untuk anak SD dan SMP. Di Indonesia juga tidak ada Asuransi Nasional yang begitu tertata seperti di Jepang (bahkan di US pun konon tidak semurah di Jepang). Tapi di Indonesia? TIDAK BOLEH SAKIT di negara kita tersayang 😦 apalagi orang miskin 😦

Ada satu message dari mbak Tias yang sangat aku pujikan. Katanya: “Si Kaka pernah naik, trus aku bilang jangan tinggi2, alhamdulillah, gak naik2 lagi, udah tahu rasanya naik pohon. Odie juga. Mungkin karena banyak alternatif permainan yg lbh menarik dr sekadar naik pohon..” Jadi tetap mengijinkan asal sudah rasa, dan memberikan alternatif permainan lainnya yang lebih menarik. Menjadi orang tua juga harus belajar untuk tidak parno 😀 tapi yang penuh perhitungan. Susah ya 🙂

Dan semalam aku membawa semua peristiwa ini dalam doa, mendoakan Firna, mendoakan RD, mendoakan anak-anak dan mendoakan agar kami orang tua bisa menjaga anak-anak ini.

NB: Oh ya Rumah Dunia tgl 2 Maret ini akan berulang tahun ke 11. Selamat untuk Mas Gong dan Mbak Tias yang telah mengasuh RD sampai sekarang ini, dan sebentar lagi RD akan mempunyai Gelanggang Remaja yang akan menjadi pusat kegiatan anak-anak dan remaja di Serang.