Kering

Ingin sekali aku membuat kue kering Nastar dan Kaastengels untuk Natal tahun ini, tapi mungkin nanti baru jadi sesudah Natal hehehe. Ntah kenapa akhir-akhir ini badanku cepat capek, sehingga harus tidur sebentar sebelum mulai kerja sesuatu lagi yang baru. Untung kuliah dan kursus bahasa Indonesianya sudah selesai untuk tahun ini, jadi sekarang aku bisa konsentrasi dengan pekerjaan di rumah.

Musim dingin berarti kering. Tingkat kelembabannya rendah sehingga udara kering, membuat kulitpun kering dan pecah-pecah. Body Lotion memang laku di musim dingin untuk tetap menjaga kelembaban kulit. Soalnya kalau tidak dijaga kelembabannya, maka kulit rentang terhadap luka. Kulit kering > gatal > garuk > luka. Belum lagi bagi ibu rumah tangga masih musti mencuci piring. Pakai air dingin, brrrr. Karena itu keran di dapur ada baiknya juga memakai heater. Tapi kulit kering yang kena heater itu jga cepat ledes, berbenturan dengan gelas, piring, tapes dan iritasi akibat sabun cuci. Susah deh emang kalau jadi ibu RT. Mau pakai lotion untuk tangan juga males, tidak enak rasanya mencuci piring jika tangannya pliket-pliket kan?

Tadi pagi aku mengantar Riku ke sekolah, karena dia sakit perut sudah sejak hari Minggu malam. Meskipun tidak begitu mengganggu, aku khawatir jika dia terkena Noro Virus, karena sekarang gastroenteritis atau gangguan pada usus sedang mewabah di TK dan SD. Untung saja menurut dokter, karena Riku kuat dia hanya merasa sakit saja, biasanya kalau parah disertai demam dan muntah-muntah.

Nah sambil menunggu obat di apotik aku menonton berita TV, tentang kebakaran yang banyak terjadi di musim dingin. Ada apartemen yang terbakar dan sumber api diduga dari pemantik api yang dimainkan anak-anaknya. Untung saja  satu keluarga itu selamat, dan yang terbakar hanya apartemen mereka saja. Memang akhir-akhir ini banyak kejadian kebakaran karena pemantik api + anak-anak. Soalnya pemantik api sekarang kan lucu-lucu bentuknya, dan juga banyak yang dijual murah. Murah berarti tidak begitu terkontrol mutunya. Awal tahun ini sempat heboh peristiwa terbakar dan meledaknya sebuah mobil karena pemantik api. Dua anak yang masih balita tewas dalam mobil itu, waktu ayahnya sedang keluar mebeli sesuatu….duhhhh… anak-anak yang jadi korban. Makanya bagi perokok hati-hatilah menaruh pemantik api, karena banyak anak yang tidak tahu bahwa itu berbahaya. Untung anakku sudah sejak awal aku beritahu, sehingga kadang mereka yang melapor padaku. Pisau dan pemantik api.

Macam-macam pemantik api...lucu-lucu kan. Tidak heran anak-anak ingin memainkannya

Sebetulnya sejak tahun 2006,  menurut Fire Defense Law, bangunan rumah baru harus memasang alat Peringatan Kebakaran 火災警報器 (kasai keihouki). Untuk bangunan lama harus memasangnya sampai dengan bulan Mei 2011. Gen sebetulnya sudah mau membeli dan memasangnya sendiri, tapi karena cukup mahal, satu alatnya sekitar 4/5000 yen, padahal harus pasang di seluruh kamar (berarti 4 kamar)…. lumayan mahal kan? Pengeluaran extra 20 ribu yen (2juta rp) untuk alat itu saja. Eh, rupanya untuk apartemen kami, karena kami sewa, pihak pengelolanya yang akan memasangnya. Jadi hari ini seluruh kamar apartemen kami sudah terpasang alat Peringatan Kebakaran. Untuk kamar tidur dan kamar tamu, alat itu akan mendeteksi jika ada asap. Sedangkan untuk dapur alat itu akan mendeteksi jika ada panas. Alat ini diharapkan dapat mencegah korban yang tidak tahu bahwa akan terjadi kebakaran. Alat ini bukan sprinkler seperti di gedung-gedung bertingkat atau hotel yang langsung menyemprotkan air. Hanya akan memberitahukan dengan suara bel dan “Terjadi kebakaran” (dalam bahasa Jepang…aku ingin tahu juga apakah ada yang berbahasa Indonesia ngga ya? hihihi)

Alat Peringatan Kebakaran yang wajib dipasang di setiap rumah di Jepang s/d Mei 2011. Alat ini dipasang di langit-langit setiap kamar.

Karena kering, berbagai hal yang merugikan bisa terjadi. Untuk ibu RT, satu yang plus adalah cepatnya baju-baju basah menjadi kering. Gantung baju di dalam ruangan, besoknya kering. Selain baju kering, ruangan menjadi sedikit lembab kan? Isseki nicho (peribahasa yang arti harafiahnya satu batu dua burung, dengan melempar satu batu bisa menangkap dua burung. Peribahasa Indonesianya mungkin sekali kayuh, dua pulau terlalui ya).

Mamanya belum membuat kue kering, Kai sudah! Pertama kali belajar membuat kue kering dengan Tantenya 19-12-2010