Sudden Change

Tidak ada yang suka pada perubahan yang mendadak, apalagi jika perubahan itu merupakan pembatalan. ドタキャンDotakyan istilahnya dalam bahasa Jepang. Sedapat mungkin hindari perubahan yang mendadak jika berhubungan dengan orang Jepang, yah kecuali kalau terpaksa sekali.

Dalam minggu ini aku terpaksa membuat perubahan-perubahan. Ditinjau dari pikiran orang Indonesia, tidaklah mendadak. Pertama waktu aku terpaksa membatalkan kelas malam 18:30 pada pagi hari Senin jam 9:00 pagi, karena aku sakit, bersin, pilek, batuk yang tidak mungkin berbicara banyak di kelas, apalagi untuk menyetir satu jam perjalanan (yang berarti aku tidak boleh minum obat). Setelah berdiskusi dengan kedutaan, jadilah kelas itu dibatalkan. Dan dari 8 peserta, ternyata ada satu yang tidak bisa dicapai/diberitahu oleh pihak penyelenggara. Well, apa boleh buat .

Nah kalau hari ini memang termasuk emergency, keadaan darurat. Dan aku merenungi hari ini sambil tertawa, tidak ada penyesalan sama sekali (lain dengan waktu hari Seninnya, aku merasa menyesal sekali terpaksa membatalkan kelas).

Pagi hari , tidak seperti biasanya aku malah bisa lebih pagi berangkat dari stasiun dekat rumahku. Dan hari ini aku membawa buku novel berbahasa Inggris yang sudah pernah kubaca bertahun lalu, sehingga aku cukup lupa jalan ceritanya. Aku bisa naik kereta lebih cepat 20 menit dari biasanya. Asyik… dan aku duduk membaca. Tapi bodohnya aku membaca tanpa memperhatikan setiap kereta berhenti sudah sampai mana. Tahu-tahu aku merasa aneh….dan sadar bahwa stasiun yang seharusnya aku turun sudah terlewat. Huh dasar, gara-gara novel ini (memang lagi seru-serunya sih…romance story) aku terpaksa turun di stasiun sesudahnya, kemudian pindah peron untuk kembali berbalik arah.

Ok, masih banyak waktu untuk naik  bus jam 10:30 pikirku…dan masih sambil melamun, aku menuruni tangga. WHAT!!! Aku turun di pintu yang salah. Seharusnya pintu Selatan, aku turun di pintu Utara. Terpaksa deh naik tangga lagi untuk pergi ke pintu selatan (Untung bukan di stasiun besar sehingga jaraknya tidak jauh), dan aku harus lari supaya bisa naik bus.

Dan di kejauhan aku lihat busnya masih ada, dan aku berdoa supaya supirnya mau menunggu. Supir bus universitas ini kadang baik, mau menunggu dosen yang terlihat berlari, tapi kadang kalau apes dapat supir yang masa bodo, ya ditinggallah. Dan harus menunggu 15 menit lagi (cyclenya setiap 15 menit). Untung saja pas aku naik bus, kulihat jam di dalam bus menunjukkan 10:29…. yatta! Aku tidak membuat orang lain menunggu :D/

Dan… waktu bus mulai bergerak, aku membuka HPku untuk mengecek email yang masuk. Ternyata ada telepon masuk inbox. Hmmm siapa ya? Lalu aku dengar pesannya. Ternyata dari gurunya Riku, sensei Cantik itu memberitahukan bahwa Riku demam tinggi, dan harap segera dijemput!

Wah… bus sudah bergerak menuju ke universitas. Jadi aku pikir, biarlah aku bertemu dulu dengan murid-murid di jam pertama, memberikan tugas, lalu minta ijin pulang dan batalkan kelas ke dua. Cepat-cepat aku pergi ke halte bus di gerbang Universitas, untuk naik bus lagi ke stasiun. Waktu itu pukul 11:08. Dan aku telepon SD nya Riku, ternyata mereka juga sudah menghubungi Gen, dan katanya Gen akan menjemput Riku….

Weleh, aku sudah tidak bisa lagi kembali ke kelas karena sudah dibubarkan, dan kelas kedua juga sudah diliburkan. Sambil aku tulis email ke Gen, bilang kalau dia masih ada kerjaan, biar aku saja yang jemput Riku. Dan tidak dijawab hehehe…

Perjalanan ke universitas memang jauh. Aku baru sampai di stasiun dan mengambil sepeda pukul 1 kurang. Dan aku sampai di rumah bersamaan dengan masuknya mobil Gen+ Riku pulang dari dokter. Kulihat muka Gen juga senang, karena dia bisa meliburkan diri dengan alasan yang kuat, anak sakit (ditelepon oleh SD nya langsung ke kantor). Dan tentu saja aku juga senang, tugasku bisa ringan sedikit. Coba seandainya aku baru sampai, dan jemput Riku, aku baru bisa antar ke dokternya jam 3 (baru buka lagi jam 3 sore RS nya) ….. pasti repot. Well, aku dan Gen hari ini merasa puas, bisa berbuat sesuatu yang baik untuk keluarga, tanpa gerutu bahwa kerjaan kami terbengkalai. Kami masih keluarga Indonesia, dimana keluarga nomor satu.

(ssssst makan malam kami hari ini: sup kacang merah pakai rib + vrikadel + sambal lombok goreng loh…. mau? Yuk kemari aja 😉 )