Mencari daun muda

OK, OK, daun muda memang mempunyai konotasi negatif, mungkin lebih tepat daun baru, atau bunga baru, udara  baru… di musim semi tahun ini.

pohon ajisai yang gundul, mulai mengeluarkan daun baru di antara dahan. Sekitar bulan Mei baru bunganya bermunculan.

Beberapa waktu yang lalu, waktu aku mengantar Kai ke penitipan, sang guru berkata,”Mari kita mencari HARU(musim semi)”. Memang pada hari cerah, setiap pukul 9:30, anak-anak akan diajak berjalan-jalan ke taman di sekitar penitipan, dan dibiarkan bermain di situ sampai waktu makan siang pukul 11:00. Ini adalah jadwal setiap hari, kecuali jika hujan, bersalju atau cuaca buruk. Apa tanda-tanda HARU? daun hijau muda yang tumbuh, bunga bermekaran, terutama bunga sakura, hari menghangat, bau matahari, semua pertanda kehidupan baru di awal musim semi.

Tanggal 22 kemarin adalah hari libur di Jepang. Semestinya tanggal 21, tapi karena hari Minggu, diganti menjadi hari Senin. Tanggal 21 Maret adalah hari Equinox, hari dimana panjang siang dan malam sama. Dan hari ini juga disebut sebagai HIGAN, hari khusus untuk nyekar ke makam leluhur. Jadi hari Minggu kami berencana untuk menginap di rumah orangtua Gen di Yokohama. Tapi waktu dini hari aku terbangun, ternyata Gen baru pulang kerja jam 2 pagi, dalam angin kencang sekali. Aku sampai pikir kalau angin kencang terus menerus alamat kita tidak bisa pergi deh.

Tapi untung sekali angin dihentikan oleh hujan sehingga kami bisa berangkat pukul 1 siang. Ternyata ada awning di parkiran sepeda yang terbang akibat angin, dan pecah menimpa mobil kami. Untung tidak begitu kelihatan kerusakannya, jadi kami langsung pergi ke Yokohama, dan membeli kue ulang tahun. Kebetulan tanggal 1 dan 14 Maret, kedua mertuaku berulang tahun. Dan hari itu juga, Riku dan Kai banyak bermain dengan anjing mereka yang kebetulan diperbolehkan masuk ruangan…dan tidur bersama kami.(tentu saja beda tempat tidur hahaha)

Kami nyekar ke makam leluhur di kuil Buddha keesokan harinya. Pada waktu menuju ke kuil tersebut, Riku langsung berteriak…”Sakura!…nanti mampir yuuk”. Sepanjang jalan memang sakura berkembang. Pohon sakura yang di sini memang jenis yang cepat mekar. Dan kebetulan di situ ada rumah tradisional yang pernah aku ceritakan di sini, sehingga sepulang dari makam kami mampir, dan menikmati musim semi di sini.

Sakura yang berwarna merah muda, Nanohana yang berwarna kuning. Bunga-bunga rumput berwarna biru dan ungu. Daun-daun muncul di tunas yang baru. Sementara di kejauhan terdengar kicau burung Uguisu.

Kami sempat berdiri di sebelah parit di depan kompleks perumahan dan menemukan Dojou, belut kecil. Belum lagi kupu-kupu putih dan kuning beterbangan. Ya, musim semi telah datang. Binatang dan tumbuhan yang “tertidur” di musim dingin, menggeliat bangun dan menyambut hari-hari hangat dengan semangat baru.

difotoin Riku.... dengan latar belakang Nanohana