Coba bayangkan situasi ini. Kamu duduk bersama teman di beranda rumah, sambil menghadap jalan depan rumah. Ngobrol ngalor ngidul sambil menghirup kopi hitam. Kadang kala kamu berdua bercerita tentang mimpi, kadang tentang pengalaman masa lalu, kadang tentang teman-teman kalian berdua. Atau bahkan kadang sambil memetik gitar dan bernyanyi. Santai….
Aku senang membayangkan situasi seperti itu untuk bersantai. Ada unsur kopi, jalanan, cerita dan TEMAN. Teman itu bisa menjadi pendengar, atau pencerita atau obyek yang diceritakan.
Itulah yang aku temukan pada blog ACACICU.COM milik Bro Hakim. Masbro aku menyebutnya, dan sejak dia menikah pada bulan sebelas mengganti nama pada tampilan FBnya menjadi RZ HAKIM. Wuih pak Hakim nih 😀

Foto hitam-putih berasa sejarahnya ya 😉
Terus terang aku belum lama berkenalan dengannya, meskipun aku sesekali mengintip tulisannya karena aku lebih lama mengenal istrinya HANA atau prit, si api kecil. Tapi ada satu moment yang membuatku terharu. Ya, Masbro menulis khusus, menyinggung tentang kematian mamaku bulan Februari 2012 dalam blognya. Padahal aku tidak akrab dengannya! Tapi Masbro merasakan kesedihan ditinggal seorang ibu karena Masbro sudah terlebih dahulu ditinggal ibunya. Dejavu.
Aku pun kemudian membaca tulisan masbro sebelum tulisan tentang mamaku itu. Dan aku temukan kesamaan antara ibunya dan ibuku. Mereka berdua sama-sama “pianis”, yang mengalunkan “lagu-lagu” kehidupan yang indah dengan tuts bersimbol alfabet itu. Ternyata kedua ibu kami piawai mengetik! Tapi keduanya juga menderita penyakit yang sama sebelum meninggal, stroke.

Mas bro yang punya Band bernama Tamasya!
Bro Hakim menulis blognya di URL www.acacicu.com berbasis blogspot pada tanggal 17 September 2010, hampir 3 tahun yang lalu. Tulisannya sebanyak 478 mungkin bisa juga dinilai sedikit, tapi Masbro juga mengelola beberapa blog yang lain. Template yang dipakai 3 kolom, sebuah template sederhana berawarna abu-abu. Hanya ada 3 halaman, yaitu About, Beranda dan Sitemap. Sidebarnya hanya diisi dengan tulisan anyar dan entri populer. Sudah, itu saja. Tidak glamour, tidak snobbish. Tanpa ada “pamer” Pagerank atau Alexa, padahal pagerank Acacicu sudah 3 loh, sama dengan Twilight Express. Alexa Traffic Rank: 663,619 Traffic Rank in ID: 51,723. Suatu angka yang hebat menurutku. Tapi melihat penampilannya? Pasti semua sependapat denganku bahwa blog Acacicu begitu sederhana. Sesederhana hidup dan cintanya terhadap musik, lingkungan dan sejarah daerahnya (serta tentu pada Hana, istrinya). Dan pendapatku pribadi, isi lebih penting dari penampilan! Sama seperti kata Masbro di sini: “Desain blog sangatlah penting. Dan isi atau tulisan, itu satu tingkat lebih penting dari desain blog.”

Penampilan Acacicu
Dengan membaca Acacicu, aku dibawa ke masa lalu dengan cerita sejarah Jembernya, dibawa menikmati musiknya dengan band tamasya, dan melihat kegiatannya dalam mengumpulkan botol bekas. Aku tersenyum waktu membaca alasan Masbro menjadi blogger, yaitu karena dia pelupa 😀 Tapi aku juga terharu dan gemas waktu membaca ceritanya waktu dituduh mencuri sandal. Dengan manisnya Masbro juga sering menulis tentang teman-teman blogger dan orang-orang yang dia hormati. Bahasanya begitu teratur dan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini pula yang membuat mengernyutkan kening ketika membaca judul tulisannya yang 4qu Cint4 Bah454 1ND0N35I4. Bukan gaya Masbro sama sekali, dan ternyata itu juga termasuk tulisan yang dilink ke blog Twilight Express, selain Sebab Mereka Senang Membaca.
Yang mungkin menjadi pertanyaan adalah kenapa bernama Acacicu? Awalnya kupikir acacicu merupaka singkatan sesuatu kata, atau ada hubungannya dengan Machu Picchu. Tapi setelah membaca di sini, aku baru tahu bahwa acacicu artinya omong kosong. Apakah Masbro kemudian menuliskan omong kosong dalam blognya? Dari yang kubaca sih tidak! Tidak ada yang omong kosong dalam 478 tulisannya. Memang meskipun acicuci bagi orang Jember berarti omong kosong, justru bagi Masbro : “Acacicu, bagi saya lebih seperti kicau burung di pagi hari. Menyambut Keagungan Tuhan dan tak pernah berhenti berdzikir. Acacicu seperti suara butir butir hujan, yang hanya bisa di dengar kemerduannya oleh siapapun yang mau meluangkan waktu untuk mendengar. Itulah acacicu saya. ”
Anda penyuka kopi? Atau penyuka sejarah atau bahasa Indonesia non alay? atau bahkan penyuka kesederhaan? Silakan berkunjung ke ACACICU…..
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Blog Review~Saling Berhadapan